Dengue merupakan penyakit infeksi tular vektor (arbovirus) yang paling penting dan merupakan ancaman bagi hampir separuh populasi dunia, dengan estimasi insidensi mencapai 100-400 juta kasus per tahun, di negara tropis dan subtropis. Kasus dengue pertama kali ditemukan pada 1960 di 9 negara, hingga saat ini telah dilaporkan di lebih dari 128 negara. Data dari WHO pada 2023, terdapat total 4.1 juta kasus suspek dengue secara global, termasuk diantaranya 6.170 kasus berat (0,16%), dan angka kematian (CFR) mencapai 2.049 kasus (0.05%). Di Indonesia, sejak pertama kali kasus dengue dilaporkan pada 1968, insiden kasus berfluktuasi, dengan trend 5 tahun terakhir insiden tertinggi tercatat pada 2022 sebanyak 143.266 kasus, sementara angka kematian tertinggi pada tahun 2021 mencapai 0;96%, dan masih terdapat 11 provinsi (32,4%) yang memiliki CFR di atas 1%. Hingga minggu ke-33 pada 2023, Kementerian Kesehatan RI melaporkan 57.884 insiden dengue dengan angka kematian 422 kasus.
Infeksi dengue disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk A. Aegypti. Terdapat 4 serotipe virus dengue (DENV-1, 2, 3, dan 4) yang seluruhnya bersirkulasi di Indonesia. Bagaimana karakteristik virus, mekanisme masuknya virus kedalam tubuh, berkembang biak dan menimbulkan perubahan-perubahan pada organ dan fungsi sangat perlu dipahami oleh para dokter?. Demikian juga dengan cara penularan oleh nyamuk Aedes sebagai vektor dan upaya pengendalian yang ada saat ini.
Gejala yang ditimbulkan bervariasi, dari asimptomatik atau tidak bergejala, hingga dapat menyebabkan syok, kegagalan fungsi organ, hingga kematian. Oleh karena itu, identifikasi tanda bahaya, penegakan diagnosis, dan pemberian tatalaksana yang tepat sangat penting untuk dipahami oleh tenaga kesehatan, khususnya dokter umum di layanan primer. Penentuan klasifikasi derajat beratnya penyakit menjadi kompetensi yang harus dimiliki oleh dokter dalam mengambil keputusan terkait tatalaksana klinis.
Tantangan yang muncul diantaranya adalah keterbatasan fasilitas dan akses pemeriksaan penunjang bagi dokter umum, khususnya di daerah terpencil. Sehingga, diperlukan adanya pemahaman bagaimana cara membedakan demam yang disebabkan karena dengue atau non-dengue, bagaimana memilih dan kapan melakukan pemeriksaan penunjang untuk penegakan diagnosis dengue, serta pemberian tatalaksana yang sesuai. Untuk itu, pelatihan ini diadakan sebagai sarana pembelajaran mengenai sejarah, konsep dasar, hingga praktik klinis dengue disediakan bagi dokter umum di Fasilitas Kesehatan Tingkat Primer (FKTP) maupun Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL).
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dokter umum dalam penegakan diagnosis dan pemberian tatalaksana dengue yang tepat untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat dengue.